Jumat, 31 Januari 2014

Bayi yang "Ngedot" Berisiko Obesitas


Cara paling ampuh untuk menenangkan dan menidurkan si kecil adalah dengan memberikan botol berisi susu kepadanya. Karena, biasanya ia bisa ngedot sampai jatuh tertidur. Meski paling mudah dilakukan, tapi sebaiknya Anda berhati-hati. Karena menurut penelitian dari Brigham Young University, Amerika Serikat, 30 persen bayi yang tidur sambil ngedot berpotensi mengalami obesitas ketika mereka berusia dua tahun, dibandingkan anak yang menyusu ASI.

Penelitian ini dilakukan terhadap 8.000 ibu yang memiliki bayi berusia sembilan bulan. Responden dibagi menjadi dua kelompok, yaitu ibu yang memberikan ASI dan yang memberikan susu formula (dengan dot). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penyebab obesitas pada bayi selain genetik. Melalui penelitian ini, para ahli menemukan bahwa teknik menyusui dan susu yang diberikan juga sangat berpengaruh.
Hasilnya, bayi yang diberi susu formula setiap hari akan mengalami obesitas pada usia 24 bulan. Sedangkan 30 persen bayi yang tidur dengan botol dot berisi susu formula akan mengalami obesitas pada usia dua tahun. Ben Gibbs, profesor psikologi dari universitas tersebut, mengungkapkan bahwa hal ini disebabkan karena bayi yang terbiasa menggunakan dot saat tidur akan kesulitan untuk mengatur makanan mereka.

Alasan lainnya, ketika mereka sudah bisa makan sendiri, mereka akan mengalami kesulitan mengontrol porsi makan mereka sendiri. Ketika menggunakan dot, ibu akan menakar porsi makan anak berdasarkan ukuran pada botolnya. Hal ini seringkali membuat si kecil jadi makan berlebihan. Jika si kecil tidak menghabiskan susu dalam dot, ibu sering memaksa untuk menghabiskannya sekalipun si anak sudah kenyang. Hal ini berbeda jika anak menyusu ASI, karena anak bisa menakar sendiri kebutuhannya.

Penelitian ini juga akan mengungkapkan bahwa bayi yang diberi makanan padat sebelum usia empat bulan, 40 persennya akan mengalami gangguan kelebihan berat badan. Gibbs menambahkan bahwa bayi yang minum susu formula dari dot saat malam hari tidak terlalu berisiko tinggi obesitas.
Kriteria bayi yang dikatakan obesitas ini tak cuma terlihat dari pipinya yang gemuk. Cara yang paling tepat untuk menentukan apakah bayi memiliki berat badan yang normal adalah dengan membandingkan ukuran berat dan panjang tubuhnya. Jika pertumbuhannya paralel dan seimbang antara keduanya maka pertumbuhannya dikatakan normal.

Sumber : kompas.com

Rabu, 08 Januari 2014

Kontradiksi Pengguna Internet di Indonesia: Jumlah Pengguna Meningkat Meningkat, Kecepatan Anjlok



Indonesia memang negeri yang cukup aneh, dalam hal ini adalah penggunaan internet. Masyarakat Indonesia memiliki minat yang tinggi untuk browsing di internet. Sayangnya, hal tersebut tidak didukung dengan infrastruktur yang mumpuni.

Dalam sebuah survei terbaru yang dilakukan Nielsen, terungkap bahwa Indonesia menjadi pengguna internet dari perangkat mobile tertinggi di Asia. Dari total 55 juta pengguna, 48 persen di antaranya mengakses dari perangkat mobile. Jumlah tersebut mengalahkan Thailand dan Singapura.

Di sisi lain, dari data milik Akamai beberapa waktu lalu, Indonesia menjadi negara dengan kecepatan internet paling lelet di Asia. Bayangkan saja, kecepatan rata-rata internet di Indonesia hanya 0.8Mbps. Kecepatan tersebut jauh di bawah kecepatan rata-rata dunia yang mencapai 3Mbps.

Dari segi jangkauan fiber optik, Indonesia pun jauh tertinggal dibandingkan negara ASEAN lain, bahkan termasuk yang paling rendah. Berdasarkan data tahun 2010, prosentase fiber optik di Indonesia hanya 2.8 persen. Padahal Singapura sudah mencapai 82.9 persen, Malaysia 22.6 persen dan Vietnam 16.5 persen.
Biznet yang merupakan salah satu provider internet terkemuka di Indonesia pun berencana untuk menambah jaringan hingga 10 kilometer pada 2012 ini. Hingga tahun 2011, mereka telah memiliki total 2500 kilometer fiber optik.

Pemerintah pun sebenarnya telah berupaya untuk meningkatkan fasilitas. Salah satunya adalah pemerintah kota Bandung ingin menjadi cyber city. Pihak pemerintah kota Bandung pun berusaha untuk membangun RW Net yang akan memberikan layanan hotspot secara gratis kepada masyarakat. Program ini menurut rencana akan rampung pada 2013.

Permasalahan tidak berhenti di situ. Sebagian besar pengguna internet di Indonesia adalah kalangan remaja. Dirjen Sumber Daya Perangkat Pos dan Informatika (SDPP) Kemenkominfo Budi Setiawan mengatakan bahwa kebanyakan yang mengakses internet di Indonesia berusia antara 15-20 tahun. Selain itu usia 10-14 tahun adalah yang paling dominan.

Dengan tingginya minat para remaja, pendidikan internet yang sehat harus menjadi perhatian serius. Tak jarang kita melihat peristiwa penculikan yang memanfaatkan jejaring sosial Facebook dan sejenisnya. Target utamanya adalah para remaja perempuan yang mudah untuk digoda.

 
eXTReMe Tracker